Senin, 26 Agustus 2013

Honda Ferio temperatur naik gara-gara radiator mampet, waterpump dan selang bocor

Temperatur Honda Ferio naik: gara-gara radiator mampet, waterpump bocor, dan selang air bocor

mbah subowo bin sukaris

Mudik 2013 usai sudah, kembali melintas kenangan berapa bentar itu tatkala melintas di sepanjang pantura rupanya tambah tahun semakin padat volume kendaraan baik roda dua maupun roda empat yang melintas dan memenuhi rute arah ke timur dan ke barat sepanjang utara tanah Jawa. Petugas keamanan hanya menempuh kebijakan dengan mengalihkan kendaraan agar melintasi rute memutar yang kadang memakan waktu setengah hari.
    Mudik kali ini terasa istimewa bagi kami yang pertama kali menggunakan sarana kendaraan roda empat milik pribadi. Mengenang tahun-tahun sebelumnya kami mudik dengan sarana angkutan kereta api eksekutif yang mampu menempuh perjalanan ke Jawa Timur dalam tempo 10 jam. Kereta api memang nyaman dan aman, akan tetapi sejak diberlakukan sistem tiketting baru maka tiket kereta api semakin sulit didapat karena menjadi ajang rebutan pemudik lainnya yang semakin bertambah besar, yang terjadi tiket selalu habis sekian bulan sebelum jadwal keberangkatan kereta itu sendiri. Kesulitan baru akan muncul bagi pemudik yang belum memiliki tiket balik, untuk mendapatkan tiket balik, lebih sulit lagi, akibatnya jadwal arus mudik kembali dari tempat mudik selalu molor, bahkan hingga terlambat seminggu. Para pemudik seperti kami selalu membawa keperluan dalam jumlah besar, antara lain, pakaian dan barang lainnya. Sewaktu berangkat maupun pulang dari kampung kami harus mengangkat sendiri berkoper atau tas pakaian. Apalagi tempat pemberhentian kereta api eksekutif kini tidak lagi tersambung dengan commuter, menambah kesulitan saja.
    Mudik bagi penduduk Jawa merupakan sarana silaturahim bertemu secara langsung dengan kedua orang tua atau pun sanak saudara yang kebetulan juga menjadi perantauan dan tinggalnya terpencar-pencar di berbagai kota. Mudik menjadi semacam ritual wajib bagi perantauan yang masih memiliki orang tua maupun mertua.
    Berbagai alasan itulah yang pada akhirnya kami memutuskan untuk menggunakan kendaraan pribadi. Pada awalnya kami surfing beberapa bulan untuk membeli kendaraan yang cocok dengan kemampuan keuangan dan kebutuhan kenyamanan bagi anak-anak balita. Pada akhirnya kami memutuskan membeli kendaraan roda empat dari seorang teman bermerek Honda Ferio. Pengetahuan umum merek Honda agaknya kurang menjadi perbincangan umum sehingga  tidak populer bagi kalangan bawah, mereka yang menjadi pemula biasanya lebih suka merek mobil Toyota, Daihatsu, atau Suzuki. Kami memutuskan membeli Honda jenis sedan itu karena mendapatkan harga yang istimewa, usia kendaraan yang masih muda. Kami mendapat kendaraan sewaktu mudik sudah di ambang pintu, yakni hanya dalam waktu singkat sekitar dua mingguan kami harus yakin betul dengan kondisi kendaraan yang kami kendarai menempuh perjalanan jauh. Waktu yang singkat ini tentu tidak memungkinkan untuk mengetahui semua kondisi kendaraan yang baru saja kami beli itu. Apalagi ternyata teman kami tersebut rupanya juga baru memiliki Honda Ferio itu sama seperti kami hanya 2 mingguan berada di tangannya sebelum beralih menjadi milik kami.
     Klop sudah sama-sama tidak tahu kondisi atau track-record kendaraan yang bermerek Honda type Civic Ferio buatan 2000. Harga pasaran di ibukota yang tercantum di situs online antara 80-100 juta, tergantung kondisi kendaraan.
    Kondisi awal si Ferio ini sungguh mengenaskan (agaknya pemilik Ferio yang lama benar-benar tidak mengerti soal teknik kendaraan barang sedikit pun, kecuali rajin ganti oli mesin dan oli transmisi): Lampu depan picek dan berembun. Air Conditioner (AC) tidak jalan. Oli power steering bocor di sana sini bahkan menetes sewaktu kendaraan sedang terparkir. Pintu sopir tidak dapat dikunci maupun dibuka dari luar. Ban depan kanan yang merupakan roda penggerak utama langsung dari mesin kondisinya peang dan gundul. Ban serep pun bukan ukuran 14� melainkan 13�. Daftar ini kelak di kemudian hari ditambah lagi dengan radiator yang kotor bagian dalam, dan sistem pendinginan mesin lainnya yang kurang beres.
    Mengenai kondisi mesin utama cukup lumayan halus, tidak ada asap berwarna putih maupun hitam keluar dari knalpot pada pagi hari maupun selama mesin dijalankan. Malahan kondisi mesin yang baik menurut para master/suhu pada pagi hari sewaktu baru dihidupkan pada bagian pembuangan mengeluarkan embun dari lubang knalpot.
Kondisi body mobil Ferio yang kami dapatkan itu masih lumayan mengkilap serta mulus rupanya belum begitu lama atau baru dicat ulang sekian bulan yang lalu.
    Faktor ekserior mobil itulah sebenarnya yang menarik minat kami untuk membelinya, waktu itu teman kami yang tinggal di kota lain hanya mengirimkan gambar-gambar mobil tersebut dari berbagai sudut belaka. Karena body mobil cukup mulus maka waktu itu kami memutuskan untuk membelinya sekitar 80 juta-an. Bahkan sebagaimana layaknya orang beli mobil tanpa mengecek keadaan kendaraan sebelumnya kami berani memutuskan untuk membelinya. Kami menganggap teman kami cukup teliti dan mengerti soal-soal kondisi kendaraan. Dugaan kami ternyata meleset sama sekali.
    Satu demi satu keruwetan si Ferio kami coba atasi sendiri dengan versi �murah�, misalnya untuk ban serep bisa didapat dengan harga 250rb, komplit ban luar dalam dan peleg standar 14�. Untuk memperbaiki AC ternyata motor extra fan tidak jalan. Setelah berburu onderdil via online akhirnya kami menemukan sebuah toko online yang menjual parts itu seharga 300rb hanya untuk motor extra fan saja. Kami pasang sendiri extra fan itu, kipas dan dudukan fan tetap memakai orisinal yang lama. Hasilnya belum kelihatan karena AC belum mengeluarkan udara dingin di dalam kabin. Langkah selanjutnya mengatasi problem AC ini ialah dengan mengisi freon seharga 75rb yang dilakuan oleh seorang teman. Pada hari pertama teman yang seorang teknisi pendingin di hotel bintang lima itu tidak berhasil mengisi freon, karena sistem pentil berbeda untuk mobil jenis baru dengan jenis mobil tua. Perlu connector pentil untuk mengisi freon, alat itu bisa didapatkan di daerah Kenari. Beberapa hari kemudian freon terisi penuh, rupanya Itu pun belum menghasilkan udara dingin dalam kabin. Usut punya usut ternyata kabel extra fan terbalik, sehingga putaran kipis ke arah yang salah. Terpaksa kabel extra fan di balik, untuk membalikkan putaran kipas. Kali ini baru berhasil, akan tetapi tampaknya aki (accu) sudah lemah dalam keadaan AC menyala. Untuk memperbaiki Accu ini kami gunakan siasat lama, buang air accu seluruhnya dan dibersihkan dengan air panas, setelah itu diisi ulang dengan perbandingan 50% merah dan 50% putih. Lumayan hingga sebulan terakhir untuk starter ternyata accu masih cukup ampuh dan tangguh, bahkan tanpa mematikan AC maupun lampu utama.
    Pada bulan kedua Honda Ferio di tangan kami tiba-tiba accu menjadi soak, setelah kami periksa volume air accunya ada satu lubang yang berkurang dan habis. Setelah kami isi dengan air accu putih segera kami bawa ke tukang accu yang sekaligus menjual accu baru. Si tukang accu memvonis accu kami sudah rusak sel-selnya, setelah selesai beberapa jam di stroom, kembali tukang accu memvonis tambahan, accu tidak bisa menyimpan stroom pada satu lubang, artinya, kata si tukang jual accu baru, setelah pengisian ini accu kami tidak bisa menyimpan stroom untuk selamanya. Dan harus membeli accu yang baru. Vonis itu kami iyakan saja. Dan selama hampir seminggu tidak ada gangguan accu sewaktu menghidupkan mesin pada pagi hari atau selama menempuh perjalanan di siang hari dengan menghidupkan AC.
      Accu jenis yang terpasang pada Ferio ini sukar dilihat volume air accunya. Untuk mengeceknya harus mengangkat accu itu dari dalam ruang mesin. Setelah dicopot untuk melihat volume air accu dengan cara dimiringkan dan ditegakkan, tampaklah volume air accu (aki) itu berada pada garis maksimum atau minimum. Tinggal kita menambahnya dengan air aki pada bagian yang kurang.
    Untuk membereskan ban depan yang peang cukuplah pergi ke tukang ban pinggir jalan seharga 150rb, sudah lumayan menyambung umur 3 bulan ke depan. Mengenai pintu sopir yang tidak bisa dikunci maupun dibuka dari luar terpaksa membuka tutup panel pintu, setelah penutup panel pintu terbuka dengan menelusuri kawat-kawat yang menuju tombol kunci yang ternyata terlepas, setelah dipasang kembali selanjutnya anak kunci lumayan bisa membuka dan menutup pintu pengemudi.
     Mengenai lampu utama depan yang mati sebelah dan berembun, dapat diatasi dengan memasang kembali kabel soket yang ternyata terlepas, maka lampu depan yang sebelah dapat langsung hidup. Mengenai embun yang selalu menutupi kaca mika lampu depan itu dapat diatasi dengan menutup sambungan bagian atas dengan solasi putih lebar transparan sehingga tidak ada lagi air yang merembes ke dalam reflektor. Dalam dua hari embun itu hilang untuk selamanya. Lain hari bisa mengganti solasi plastik itu dengan sejenis sealant yang tahan panas.
    Kebocoran oli power steering yang cukup encer itu setelah selidik punya selidik berasal dari selang yang kendor pada sambungannya antara selang karet dan pipa logam. Kami cari satu persatu sambungan itu dan mengencangkan baut klem pengikat pada tiap sambungan, ada sekitar empat baut yang perlu dikencangkan, ternyata baut itu memang agak kendor dan oli ATF (automatic transmission fluid) yang sama dengan oli power steering merembes di bagian sambungan itu. Sejak semua baut dikencangkan itu pada tabung oli utama kini tidak lagi berkurang volumenya, dan tetesan lembut oli tidak lagi jatuh ke lantai tempat Ferio sedang terparkir.
    Informasi yang kebetulan terjejak di dalam ruang interior mobil, menunjukkan penggantian oli tramisi dan mesin masih lama. Pengalaman mudik menunggang Ferio 2000 sejauh delapan ratus kilometer diiringi kebocoran waterpump sungguh pengalaman tak menyenangkan. Selepas tol Cikampek dan kami �dibuang� ke arah Subang pada panel dashboard terlihat temperatur mendekati tiga perempat. Waktu itu menjelang siang hari. Sejenak sedan kami minggir dan menghentikan laju kendaraan. Kami segera buka kap mesin mobil sekilas air reservoir kosong, dan radiator terasa panas. Seseorang lelaki tua yang berdiri mengawasi tidak jauh dari tempat parkir kendaraan kami bergegas mendekati dan bertanya pelahan, �Mengapa, pak?�


�Temperatur mesin naik, pak�� jawab kami sejenak mengawasi raut wajah sang lelaki tua itu. Kami tatkala ini tengah kebingungan jadi tidak melakukan apapun selain menunggu mesin menjadi dingin. Lelaki itu tanpa diperintah siapapun bergegas mengambil seember air dan mulai menyirami radiator mobil Ferio kami dengan air sumur.

�Wah, bisa kena silinder headnya kalau tidak segera didinginkan�� kata lelaki tua itu  pelahan sambil terus mondar-mandir mengambil air sumur. Kami terheran-heran karena memang sedang terkaget-kaget mengalami kejadian tersebut pertama kali.
�Tolong minta lap,� pinta lelaki tua itu agaknya ia akan membuka tutup radiator mobil. Kebetulan yang kami bawa adalah pempes anak-anak yang masih baru. Ia pun menerima pempes itu dan meletakkannya di atas tutup radiator, dengan hati-hati ia membuka tutup radiator pelahan. Setelah radiator terbuka segera saja berember air dituangkannya ke dalam tabung radiator yang mungkin sudah kosong itu. Lelaki tua itu tanpa diperintah terus menuang air ke dalam mulut radiator hingga penuh.
Selesai sudah ia mengisi radiator dan meminta kami menghidupkan mesin. Setelah mesin hidup kami dipersialahkan jalan kembali. Ia tidak berkata sepatah pun apalagi meminta sesuatu dari kami. Dengan kesadaran kami sendiri secara paksa kami selipkan lembaran uang bernilai tidak lebih dari sebungkus rokok ke dalam sakunya. Ia tidak menolak, dan mengucapkan terimakasih sambil tersenyum.
Setelah perjalanan kami lanjutkan beberapa puluh kilometer kembali terjadi panel dashboard yang menampilkan jarum termperatur kembali naik pelahan mendekati tiga perempat. Kami berhenti dan mengisi radiator kembali. Secara tidak sengaja kami mengintip kolong mesin dan tampaklah dua tetesan air mengucur dari atas yakni bagian mesin. Yang satu adalah tetesan buangan ac, dan yang satu lagi berasal dari waterpump yang bocor.
Begitulah yang terjadi hingga kami mampu menempuh hampir delapan ratus kilometer.
Waterpump Honda Ferio terletak di bagian kanan mesin tepatnya berada di atas dynamo amper. Jika waterpump mengalami gangguan alias sudah bocor seal-sealnya maka tampak kebocoran air cukup deras menetes ke bawah. Hal itu dapat diketahui dengan mengintip kolong mesin sejenak sewaktu mesin sedang hidup maupun keadaan mati setelah tabung radiator terisi penuh. Tidak ada obat yang manjur kecuali mengganti dengan waterpump yang baru di bengkel besar. Pembongkaran waterpump Honda Ferio cukup rumit dan memakan waktu dua jam jika dikerjakan oleh profesional. Untuk perbandingan mobil lainnya seperti Kijang posisi waterpump nya cukup mudah dijangkau tanpa membongkar bagian mesin yang lainnya.
Setelah tiba di tujuan pada dua hari kemudian kami mencari bengkel di kota terdekat dan meminta agar ada penggantian waterpump yang bermasalah itu dengan yang baru. Harga waterpump merek Nissan sekitar empat ratus limapuluh ribu, plus ongkos pasang total sekitar enam ratus ribu.
Sejak waterpump baru tersebut terpasang untuk beberapa hari dipergunakan jarak dekat temperatur mobil tidak lagi naik, akan tetapi pada suatu hari setelah kami melakukan perjalanan cukup jauh keliling ke sebuah kota di Jawa Timur sejauh duaratus kilometer kembali terjadi gangguan naiknya temperatur menjadi sekitar tiga perempat. Tanpa pikir panjang kami menepikan kendaraan dan membuka kap mesin, dari bagian depan terdengar cukup jelas suara desis tiada henti, rupanya suara itu berasal dari radiator, ada lubang sebesar jarum tepat di bagian las-las an di leher radiator. Setelah mendinginkan mesin beberapa menit dan berhasil mengisi penuh radiator dan reservoirnya kami melanjutkan perjalanan kembali. Usai tiba di tempat tujuan hari sudah senja, kami kembali ke rumah sejauh 30 km. Sementara itu radiator yang bocor sudah kami tambal sementara dengan lem besi berwarna hitam yang terdiri dari dua sachet yang harus dicampur rata. Kebocoran rupanya tidak mampet melainkan berpindah ke tempat sebelahnya yang lemah las-las annya. Keesokan harinya pagi-pagi sekali kami mulai mencari bengkel radiator di kota terdekat, jarak dari rumah kami lumayan jauh sekitar 20 km, kepada sang ahli radiator yang pertama kali kami temukan kami utarakan masalah pada kendaraan kami yaitu terjadinya kebocoran pada radiator yang sebesar jarum itu agar diperbaiki. Sebelum ahli radiator itu mulai bekerja kami bertanya terlebih dulu kepada sang spesialis radiator mobil itu, �Berapa pak ongkos perbaikan radiator ini kira-kira?�
�Seratus ribu.� Jawabnya singkat.
�Baiklah, Kalau begitu sekalian tolong dibersihkan bagian dalamnya, ya,� sahut kami yang belum begitu faham mengenai soal perbaikan radiator mobil.
Spesialis radiator itu segera mencopot bagian radiator dan mulai mengoperasinya. Ia membuka las-lasan timah yang berada di atas dan mulai memperlihatkan isi bagian dalamnya yang penuh kotoran.
�Wah, pasti kalian bolak-balik ngisi air, ya?�
�Ya, betul. Bagaimana dengat thermostat mobil ini, pak? Apakah masih asli atau sudah tidak ada? Tanya kami ingin tahu.
�Coba tiup selang bagian atas itu dan jika tertahan itu tandanya masih ada thermostat.�
Kami tiup selang itu dan bluss air mengalir dari bawah tanpa hambatan. Itu artinya thermostat sudah dicopot.
Sekilas kami perhatikan tukang radiator yang punya kebiasaan menutup bengkelnya pada hari Jumat itu. Dengan sebilah pelat tipis panjang Ia sedang menjolok-jolok lubang radiator yang berjumlah sekitar duabelas itu dengan menarik dan memasukkan logam tipis lebar itu ke dalam rongga radiator yang bersekat-sekat itu. Dan dari ujung bawah berkali-kali tampak keluarlah kotoran kecoklatan pekad dari dalam radiator mobil kami.
Setelah selesai dengan proses pembersihan itu dan mengisinya dengan air berkali-kali, maka tampak air jernih keluar masuk dari lubang kecil-kecil berjumlah sekitar belasan itu. Rupanya proses pembersihan sudah selesai, sang tukang kini melanjutkan pekerjaannya mengelas kembali bagian tutup berbentuk pelat panjang itu ke bagian tubuh radiator. Proses pengelasan dengan timah dan las itu tampak cukup rumit, ada keran-keran yang selalu dibuka dan ditutup, ada tabung gas bekas freon yang selalu diguncang-guncangnya. Ada perbaikan pada dudukan radiator yang patah, dudukan radiator itu sangat vital karena menentukan rongga jarak antara kipas dan sirip radiator. Kami puas sekali dengan pekerjaan tukang yang satu ini.
Lebar radiator Honda Ferio kecil hanya menempati separoh penampang bagian depan mesin. Bagian setengahnya ditempati oleh kondensator AC yang juga terdapat kipas extra fan untuk mendinginkan kondensor sewaktu AC sedang dihidupkan. Kedua kipas radiator dan AC berputar ke yang sama, dan bentuk sirip kipas pun hampir serupa. Kipas radiator hanya menyala beberapa menit sewaktu thermostat radiator menerima sinyal panas, tatkala thermostat menerima sinyal dingin maka kipas radiator berhenti berputar, demikian seterusnya. Sinyal thermostat radiator bekerja berdasarkan tingginya tingkat suhu air yang mengalir ke semua bagian mesin.
Sekilas sebelum ke bengkel service radiator kami sempat menanyakan ke toko onderdil harga radiator baru sedan kami sekitar 1,5 juta. Untuk radiator jenis sedan ketersediaan suku cadang di kota kecil sangat sulit ditemukan, yang ada dalam gudang mereka adalah radiator jenis kijang dan suzuki carry yang harganya berkisar 1 juta-an.
Sejak radiator dalam kondisi selesai dibersihkan secara tuntas itu pendinginan Ferio kami tidak lagi mengalami kendala baik oleh temperatur mesin yang tiba-tiba melonjak maupun dropnya rpm mesin dalam kondisi panas. Mesin vtec-s itupun rpm-nya stabli di antara 1000-an atau di pagi hari waktu baru start menyala berkisar 1500-an. Untuk mendapatkan rpm terendah caranya dengan menyetel idle rpm yakni dengan memutar mur dengan obeng minus yang posisinya menghadap ke filter udara. Putaran obeng minus ke arah kanan hingga mentok berhasil menurunkan rpm pada start pagi hari dari semula 1500-2000 menjadi 1000-1500. Honda Ferio yang sudah dibuang thermostatnya ini pada pagi hari jika mesin di start akan langsung hidup pada putaran 1500 rpm. Setelah lima menit menyala, kemudian mesin dimatikan dan di start kembali, maka mesin bisa hidup stasioner pada 1000 rpm.
Perjalanan balik dari Jawa Timur menuju ke tempat asal di salah satu kota di Jawa Barat, hampir sempurna tidak lagi membuka kap mesin mobil selama perjalanan, karena panel temperatur si Ferio stabil terus pada posisi setengah. Kami mencatat konsumsi bbm Honda Ferio ini menelan sekitar 100 liter untuk jarak tempuh 750 km, dengan kondisi jalan macet karena buruknya keadaan jalan di sekitar Purwodadi, dan juga macet terjadi antara ruas jalan sejak keluar tol Palikanci Cirebon hingga menuju tol Cikampek. Wilayah Subang ini setahu kami sejak 10 tahun yang silam selalu rawan kemacetan baik bagi kendaraan roda dua maupun empat. Macet juga kami temui antara Jombang Kertosono yang menuju ke Nganjuk. Macet di siang hari tentu sangat menyiksa bagi penumpang kendaraan tanpa pendingin udara (AC). Patut dicatat bahwa naiknya suhu mesin Ferio berpengaruh pada AC, begitu temperatur naik maka tatkala itulah sistem pendingin AC juga tidak bekerja maksimal, kadang dingin dan kadang hanya mengeluarkan udara kipas angin. Gangguan juga terjadi pada dynamo stater yang tidak mau menggerakkan mesin, setelah menunggu beberapa menit baru dynamo bekerja normat. Itulah berbagai hal yang ditumbulkan akibat naiknya temperatur mesin yang tertera pada control panel.
Selama perjalanan arus balik tatkala sistem pendingin mesin Ferio bekerja dengan baik dan tidak ada kenaikan temperatur mesin, seingat kami AC juga bekerja normal sepanjang jalan, lumayan menyejukkan di dalam kabin terutama bagi anak-anak balita tatkala sedang berada di jalanan macet.
Adapun kondisi sistem pendingin Ferio kami di pagi hari kini kami anggap sudah sangat memuaskan. Ada hal kecil yang membutuhkan perbaikan sendiri, yakni dibandingkan tatkala sebelum radiator maupun lainnya diservice keadaan reservoir selalu habis sedangkan air dalam tabung radiator sendiri air masih penuh. Selidik punya selidik ternyata ada selang karet berukuran kecil yang bocor alus sukar terlihat dari depan maupun samping mesin, air itu menetes di dekat bagian bawah injektor. Selang air itu setelah kami periksa awalnya terjadi kebocoran rupanya tertusuk pipa besi yang berkarat dan kebocoran itu sudah lama sekali terjadi. Hal itu tampak dari berkaratnya klem hingga hancur yang tepat berada di bawah bocoran. Untuk mengatasi bocoran itu memang harus dilakukan penggantian selang. Untuk sementara (biasanya pada akhrnya untuk selamanya) secara hati-hati kami lepaskan selang itu dan menambalnya dengan lem aibon kemudian ditutup dengan ban dalam sepeda motor. Setelah itu dikencangkan dengan klem. Selanjutnya selang (pipa karet) itu kami pasang kembali dan untuk sementara kebocoran kecil itu pun hilang. Radiator dan reservoir tiap pagi kami kontrol dan hasilnya kini tidak lagi berkurang sedikitpun volume air yang terdapat di dalam tabung keduanya.
Pengalaman kami ini tidak perlu dibaca bagi pemilik mobil baru, karena tentu tidak ada gunanya bagi mereka yang mudik dengan kendaraan 100 persen baru. Akan tetapi bagi kendaraan lawas yang tampak sangat sedikit di jalananan mudik hal ini mungkin saja terjadi dan dihadapi oleh siapapun juga yang tidak mempersiapkan diri dengan kendaraan yang sudah dikondisikan menempuh perjalanan jauh.

*****


Tips Atasi Ban mobil berisik

Tips Atasi ban mobil berisik mbah subowo bin sukaris Kembangan ban mobil yang salah posisi bisa jadi sumber berisik dari kaki-kaki mobil.   ...